Sabtu, Januari 26, 2008

Check Our Commitment

Walau merangkak tersendat mungkin banyak di antara kita yang pada akhirnya berhasil sampai pada titik pemahaman tentang kekuatan diri sendiri. Mengingat kembali kelebihan-kelebihan dan kisah sukses pribadi memang menjadikan hidup kita lebih berwarna. Tiba-tiba saja kita bisa merasa lebih besar dan lebih nyaman berdiri di atas pijakan yang mungkin tak kokoh sekalipun. Lalu pemahaman akan nilai-nilai dan keyakinan pribadi bisa memberi kita informasi tentang apa yang penting buat kita dan pada akhirnya membantu kita mengarahkan energi untuk sebuah prioritas yang hendak kita perjuangkan.

Namun apakah semua itu sudah cukup membuat kita mau berkomitmen memperbaiki diri, mengejar apa yang tertinggal di hari lalu ? Apakah pemahaman diri yang makin baik sudah cukup menjadi bekal agar kita punya daya juang lebih untuk mengoptimalkan apa yang ada ? Bahkan ketika informasi tentang keseimbangan hidup kita sudah diurai, apakah semua sungguh bisa kita manfaatkan sebagai momentum penting untuk memperbaiki komitmen kita ? Atau jangan-jangan ada yang masih meragukan peran komitmen. Anda sendiri yang tahu jawabannya.

Yang saya tahu, komitmen adalah salah satu kata kunci saat kita bicara usaha manusia memperbaiki diri. Bahkan pada apapun gerak dan usaha manusia, komitmen menjadi nyala api berkobar yang mengarahkan kita pada impian-impian dalam gelap. Komitmen untuk berubah adalah wajah lain dari keping logam bernama perubahan. Nyaris tak ada perubahan tanpa komitmen untuk berubah. Hanya ada isapan jempol jika Anda membiarkan impian tanpa dilambari jiwa bernama komitmen itu.

Mempersoalkan komitmen pribadi adalah langkah lain yang akan mengantar kita untuk makin jelas mendapatkan gambaran akan peta hidup kita ke depan. Sudah ada banyak sumber daya dan data, namun tanpa komitmen semua bisa berhenti tak bergerak. Modal yang kita punya tak bisa membawa perubahan tanpa penggerak bernama komitmen. Komitmen bertindaklah yang akan mulai memutar roda perubahan itu. Mencoba terus memutar roda kehidupan dan penasaran saya terhadap konsep komitmen mengantar saya pada penemuan menarik berikut ini.

Dari sebuah tulisan saya membaca penggalan sebagai berikut "The achievement of your goal is assured the moment you commit yourself to it." -- Mack R. Douglas Saat kaki mulai melangkah dan komitmen untuk itu bisa terus dijaga, maka hanya soal waktu saja kita akan sampai pada tujuan yang kita angankan, begitu kira-kira pesan yang saya pahami dari kutipan di atas.

Ketika saya coba menggunakan pernyataan di atas sebagai cermin , maka tetap saja soal komitmen bukanlah perkara sederhana. Saat mempersoalkan konsepsi komitmen maka barisan pertanyaan besar lain yang menyentak saya terkait pada bagaimana cara saya memastikan bahwa saya mampu terus menyalakan api komitmen dalam diri ?Bukankah ada banyak impian saya yang terbengkalai, hingga akhirnya saya terlupa sendiri ? Bukankah ada banyak rencana yang kacau balau, tertimpa banyak agenda lain yang sayangnya tak juga bisa saya selesaikan ? Bukankah ada banyak waktu yang akhirnya seakan terbuang sia-sia ?"How do I keep the commitment alive?", adalah pertanyaan besar buat saya.

Maka saya sedikit terhibur ketika membaca nasehat beberapa guru seputar menjaga nyala api komitmen itu. Ada beberapa masukan yang layak kita timbang dan renungkan. Arus utama yang ditawarkan menuntun saya untuk coba mengkaji dan melihat ke dalam lalu secara perlahan coba mengarahkan semua tingkatan dan dimensi diri berjalan dan berfungsi dengan selaras. Benar, membicarakan komitmen juga menyentuh soal selaras tidaknya pikiran dan emosi kita dengan apa yang sungguh ingin kita kejar. Dalam hal ini John Robson pernah berujar:It's essential that all aspects of our being align with what we want to do. If our head affirms that something is important but our body and our emotions feel no desire to get involved, we will never succeed in our aims.Tak cukup hanya mengerakan kepala Anda.

Tangan dan emosi Anda perlu diselaraskan. Ini soal "head", "hand" dan juga "heart". Kalau apa yang kita pikirkan tak selaras dengan emosi kita maka akan makin sulit kita mencapai apa yang dimaui. Percaya bahwa Anda mampu tidaklah cukup. Juga kesadaran akan arti penting tujuan Anda belum mengantar Anda kemana-mana, jika pada kenyataannya kita tak melakukan apa-apa sebagai ekspresi pemahaman dan keyakinan itu. Saya tak hendak mengkritisi anjuran untuk berpikir besar atau berpikir positif.

Semua tentu punya alasan dan manfaat. Hanya saja, jika kita hendak merealisasikan impian yang ada, maka menyelaraskan usaha dengan keyakinan menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Saya beruntung menemukan anjuran tentang penyelarasan di atas. Saya juga tercengang saat tahu bahwa ada banyak isu yang perlu dikaji saat bicara komitmen. Ada banyak dimensi komitmen yang perlu kita dalami, agar apa yang kita upayakan sungguh bisa membuahkan hasil. Memperjuangkan apa yang kita mau, ternyata juga mensyaratkan kita untuk memperlihatkan komitmen di tingkat spiritual. Mengenali motivasi terdalam kita adalah salah satu langkahnya. Bukankah tak sedikit yang pernah mengingatkan kita akan pentingnya pemahaman akan motivasi ini ?

Sejalan dengan ini pengenalan kita akan makna dari tindakan dan tujuan kita juga menjadi sumber energi yang akan terus menggerakkan kita. Menyadari gambaran besar dari apa yang hendak kita kejar akan memotivasi kita untuk bergerak dan terus bergerak. Sementara minimnya pemahaman yang utuh akan tujuan-tujuan kita kadang justru mengantarkan orang pada kebingungan dan kehampaan. Karenanya banyak guru mengingatkan kita untuk berpikir jauh ke depan, membuat rencana hari ini untuk persiapan hari akan datang. Tak saja hari 20 atau 50 tahun ke depan, kita juga perlu menghitung kesiapan kita menuju masa setelah kehidupan dunia terhenti. Memahami makna penciptaan kita semoga juga memperkokoh komitmen kita pada tingkat spiritualKomitmen pada tingkatan pikiran dan kesadaran terkekspresikan ke dalam bentuk yang beragam. Ada yang sekedar mulai dengan memikirkannya secara mendalam, dan tak sedikit yang melakukan visualisasi.

Semakin jelas tujuan Anda, makin kita diharapkan akan memiliki komitmen untuk meraihnya. Melakukan dialog internal dengan diri sendiri atau meditasi adalah jalan yang bisa dijadikan alternatif untuk menancapkan komitmen di tingkat kesadaran dan pikiran kita. Maka, ada banyak kawan yang aktif mendalami journal writing, mengekspresikan buah diskusi dengan diri sendiri dan merekam pemaknaan terhadap apa yang terjadi di sekeliling merekaSecara emosi, komitmen dibangkitkan dengan membangun perasaan gembira dan puas atas apa yang sudah kita dapat. Bersyukur adalah kata sederhana yang kadang kita lupa melakukannya dalam keseharian.

Bukankah sikap negatif, sinisme adalah gambaran dari kurangnya rasa syukur. Kita mudah melihat dengan kaca mata gelap, yang sayangnya kita juga lupa bahwa dengan cara itu berarti kita tengah membuang energi, yang akhirnya membuat kita lelah secara mental. Menikmati apa yang ada dan mensyukuri yang di depan mata mungkin adalah pekerjaan sederhana yang perlu saya latih kembali. Saya bersyukur tengah diyakinkan bahwa bersyukur adalah tali yang akan menguatkan komitmen saya secara emosiSebagaimana sudah diulas sedikit di atas, pada akhirnya geraklah yang sungguh mengantar kita pada apa yang kita mau. "Action and Wisdom" kata Andrie Wongso. Bergeraklah yang akan memutar roda kehidupan Anda.

Tak sekedar bergerak dengan jurus dewa mabuk, kita perlu menghitung gerak agar lebih efektif dalam mencapai sasaran kita. "Apakah tindakan kita mengarahkan kita pada tujuan ?", itu adalah salah satu pertanyaan dasar yang perlu terus kita lontarkan pada diri sendiri, untuk memastikan bahwa kita terus berada di jalur yang benar. Kalau satu tindakan tak memberi hasil, maka menjadi fleksibel adalah anjuran banyak pakar. "Act differently" adalah semboyannya. Tak hanya sibuk bergerak, kita butuh waktu untuk memonitor sejauh mana progress dari usaha kita. Mencari umpan balik dan mempertimbangkan alternatif lain adalah pilihan-pilihan yang selarasa dengan siklus Plan - Do - Check - Action . Inilah wajah komitmen di tingkat fisik. Merenungkan, mempertimbangkan dan mengekspresikan komitmen dalam berbagai wajahnya semoga akan meningkatkan kemungkinan kita meraih apa yang kita mau. "Tahu yang Anda Mau" adalah hal positif. Namun itu tak cukup. Punya "Plan" juga baik, tapi tetap tak mengantar Anda kemana-mana. Juga jika Anda hanya "Do - Check" dan "Do - Check", maka bisa salah arah. Tak ada satu resep manjur yang tepat dan cocok buat semua situasi.

Walau banyak orang menyebut bahwa sukses adalah soal yang sederhana, namun perlu seni sendiri untuk meramu semua resep yang ada, lalu mengolahnya sedemikian rupa.Mudah-mudahan ini jadi momentum tambahan yang menggerakan saya, yang menguatkan komitmen saya, dan tak hanya membuat saya berhenti pada tingkatan komat-kamit !

Tidak ada komentar: